Bertanya.Id, Bandung - Opera Peti Sabun kembali digelar di Sabuga Bandung, mulai dari Sabtu, 14 Desember 2024 yang dibuka secara resmi oleh Pj Gubernur Bey Mahmudin, hingga Minggu, 15 Desember 2024, membawa tradisi balap kereta sabun yang penuh kreativitas dan inovasi. Acara yang memasuki penyelenggaraan ke-XI ini menggabungkan warisan budaya dengan semangat modernisasi untuk memeriahkan hari jadi Kota Bandung. Lomba Kereta Peti Sabun (LKPS) merupakan ajang lomba yang sudah melegenda di lingkungan masyarakat Bandung di era tahun 50an dan dilanjutkan di era 70-80an oleh organisasi mahasiswa ekstra kampus Daya Mahasiswa Sunda (Damas) yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi anak muda di zamannya dalam membuat peti sabun untuk dipamerkan maupun diperlombakan.
Dua tokoh penting, Aim Nursalim seorang sesepuh Alumni ITB,juga senior Kepanitiaan Opera Peti Sabun 2024 dan Nana Betti Horstink Ketua Panitia Penyelenggara , berbagi pandangan mereka mengenai makna acara ini.
Aim Nursalim, sesepuh acara sekaligus panitia, menjelaskan sejarah panjang Opera Peti Sabun. “Tradisi ini dimulai sejak 1950-an oleh Belanda, kemudian dilanjutkan oleh mahasiswa Sunda pada 1975. Setelah vakum selama 35 tahun, kami berhasil menghidupkannya kembali pada 2023. Tahun ini, kami melibatkan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Bandung dan Ikatan Alumni ITB, untuk menjadikannya agenda tahunan,” ujar Aim.
Sementara itu, Nana Betti Horstink, juga menyoroti pentingnya acara ini dalam mendorong kreativitas dan inovasi. “Kategori parade kreatif, misalnya, menjadi ruang bagi peserta untuk menampilkan desain unik dan humoris dari kereta sabun mereka. Kami juga melihat potensi besar untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan, seperti tenaga surya, sebagai bagian dari inovasi lomba ini,” katanya.
Sorotan acara tahun ini, lomba dibagi menjadi dua kategori utama yaitu Derby Balapan, nerkompetisi kecepatan menggunakan kereta sabun yang digerakkan gravitasi.
Parade Kreatif, Peserta menampilkan desain kereta sabun dengan kreativitas yang dinilai berdasarkan estetika, keunikan, dan daya tarik humor.
Acara ini juga melibatkan UMKM lokal dengan membuka stand kuliner, seni musik Band, dan kerajinan. Menurut Aim, Opera Peti Sabun tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Antusiasme masyarakat dan harapan ke depan lanjutnya, "
Dengan peserta dari Bandung, Jakarta, dan daerah sekitarnya, acara ini menunjukkan potensi besar untuk terus berkembang". Nana menambahkan, “Kami berharap acara ini menjadi kebanggaan masyarakat Bandung dan terus tumbuh menjadi daya tarik wisata kreatif yang dikenal di tingkat nasional.”
Kategori yang dilombakan mendapatkan hadiah untuk Para Pemenang diserahkan langsung oleh Ketua Panitia dan Sesepuh kepada mereka.